Review Film Danur 3

Bagi para penggemar franchise Danur, tentu Danur 3: Sunyaruri menjadi film yang dinantikan tahun ini. Hal itu bukannya tanpa alasan, tiga film lain dari franchise ini laris manis di pasaran.

Danur: I Can See Ghosts menembus 2,7 juta penonton, Danur 2: Maddah mendapat 2,5 juta penonton dan Asih mendapat 1,7 juta penonton. Danur 3: Sunyaruri sendiri sudah ditonton 251.157 penonton pada hari pertama penayangannya dan menjadi rekor hari pertama film horor Indonesia.

Apakah Danur 3: Sunyaruri benar-benar sebuah film yang bagus?

Namun apakah Danur 3: Sunyaruri benar-benar sebuah film yang bagus?

Sejatinya, Danur 3: Sunyaruri tak lebih baik dari film-film sebelumnya. Di awal film ditampilkan benang merah antara Danur 2 dan Danur 3 dengan munculnya Canting sang hantu penari.

Namun sampai di situ saja penampilan Canting, sebagian porsi di awal film kemudian dilanjutkan dengan kehidupan Risa yang kini memiliki pacar.

Setelah menghabiskan banyak durasi untuk adegan-adegan romance dan menjelaskan latar belakang dari Dimas, barulah konflik dimulai.

Risa merasa dirinya ingin hidup normal dan tak ingin melihat teman-temannya lagi, Peter, Janshen, Hendrick, Hans, William. Apalagi Risa merasa ulah teman-temannya itu mencelakakan kekasihnya.

Meski Risa akhirnya merasa bersalah dan memang ia melakukan kesalahan.

Pengembangan jalan cerita yang memakan banyak durasi

Pengembangan jalan cerita yang memakan banyak durasi untuk mencapai konflik utama menjadi kelemahan dari film ini. Sehingga membuat konflik utamanya diselesaikan dengan durasi yang cukup singkat.

Apalagi, peran tokoh antagonis dan setan baru di film ini tidak mendapat porsi banyak untuk pengembangan karakter dan backstory-nya.

Memang, setan baru bernama Kartika ini cukup menyajikan teror yang kuat dalam film ini. Namun motivasinya melakukan hal tersebut kurang mengena dan terkesan dangkal.

Walaupun, tetap ada benang merah dari film pertama dan kedua yang juga terasa di film ketiga, yaitu setan-setan jahat yang ada, selalu punya keinginan untuk mengambil sesuatu dari Risa.

Meski lemah secara plot, Danur 3: Sunyaruri tetap punya beberapa kelebihan

Meski lemah secara plot, Danur 3: Sunyaruri tetap punya beberapa kelebihan. Pertama, film menjadi film horor pertama di Indonesia yang memakai teknologi Dolby Atmos. Beberapa adegan pun semakin terasa feel-nya karena tata suara tersebut. Meski jumlahnya masih terlalu sedikit.

Yang kedua, film ini punya visual yang bagus dan mampu menggambarkan level kengerian dengan maksimal walaupun adegan dilakukan di siang hari.

Sayangnya visual yang bagus tersebut sempat ‘dicederai’ dengan tiruan adegan orang-orang yang terkena ‘snap’ dari Thanos. Adegannya terlihat seperti low budget CGI meski idenya cukup bisa diterima.

Kesimpulannya, bagi para penikmat horor dan pencinta franchise Danur, Danur 3: Sunyaruri bisa menjadi pilihan di akhir pekan. Namun bagi penonton yang lain, rasanya film Danur 3: Sunyaruri dapat ditonton setelah menyaksikan film-film lain yang lebih bagus, yang juga tayang pada pekan ini.

N.B : Artikel ini dibuat untuk menyelesaikan Tugas Akhir Prabu Chaidir, Mahasiswa Telkom University. Bukan untuk mencari profit

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Open chat
Halo,
Ada yang bisa Kami Bantu?