Resign? Coba ‘Quiet Quitting’, Siapa Tahu Nyesel
Resign? Jangan Buru-buru! Coba ‘Quiet Quitting‘ Dulu, Siapa Tahu Nyesel
Quiet Quitting (QQ) | Saat ini, banyak orang merasakan kebosanan atau ketidakpuasan di tempat kerja mereka. Situasi ini mendorong beberapa dari kita untuk mempertimbangkan langkah besar: resign! Namun, sebelum Anda memutuskan untuk menyerahkan surat pengunduran diri, ada satu tren yang mungkin perlu Anda pertimbangkan: quiet quitting. Fenomena ini mungkin terdengar asing, tetapi semakin banyak karyawan yang beralih ke pendekatan ini sebagai alternatif untuk menghadapi ketidakpuasan tanpa harus mengambil langkah drastis. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang quiet quitting, alasannya, manfaatnya, dan beberapa risiko yang perlu diperhatikan sebelum mengambil keputusan.
Apa Itu Quiet Quitting?
Quiet quitting adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana karyawan memilih untuk melakukan tugas minimum yang diperlukan dalam pekerjaan mereka, tanpa berusaha lebih jauh. Ini berbeda dengan pengunduran diri yang nyata, karena dalam quiet quitting, karyawan tetap berada dalam posisi mereka namun mengurangi investasi emosional dan keterlibatan pada pekerjaan. Mereka melakukan apa yang diharapkan—selesai tepat waktu, memenuhi batasan tugas—tetapi tidak lebih dari itu.
Fenomena ini dapat muncul sebagai respons terhadap lingkungan kerja yang penuh tekanan, ekspektasi yang tidak realistis, atau burnout. Karyawan memilih untuk berfokus pada keseimbangan kerja-hidup yang lebih baik dan mengurangi stres laboral daripada menyerah sepenuhnya.
Mengapa Quiet Quitting Mungkin Memikat?
- Kesehatan Mental yang Lebih Baik
Banyak orang mengalami stres kronis di tempat kerja. QQ bisa menjadi cara untuk melindungi kesehatan mental. Dengan membatasi keterlibatan, karyawan dapat mengurangi tekanan yang mereka rasakan. Ini berarti lebih sedikit pekerjaan lembur dan lebih banyak waktu untuk beristirahat serta menikmati kehidupan di luar kantor.
- Mencari Keseimbangan
Keseimbangan kerja-hidup semakin menjadi prioritas bagi banyak orang, terutama generasi muda. Quiet quitting memberikan kesempatan bagi karyawan untuk menyalurkan energi mereka ke hal-hal di luar pekerjaan, seperti hobi, keluarga, atau pengembangan diri.
- Menjaga Stabilitas Keuangan
Resign dari pekerjaan tidak selalu menjamin posisi baru yang lebih baik. Quiet quitting memungkinkan karyawan untuk tetap mendapatkan gaji dan manfaat dari pekerjaan saat ini tanpa harus mengambil risiko yang dihadapi ketika mencari pekerjaan baru.
- Waktu untuk Merenung
Dalam keadaan tenang, karyawan dapat merenungkan langkah karir mereka selanjutnya tanpa tekanan. Ini memberi mereka kesempatan untuk menentukan apa yang benar-benar mereka inginkan sebelum mengambil langkah besar.
Pro dan Kontra Quiet Quitting
Pro
- Mengurangi Stres: Dengan melakukan yang minimum, karyawan mungkin menemukan bahwa mereka merasa lebih tenang dan tidak terlalu tertekan.
- Memberi Ruang untuk Berenung: Pendekatan ini memberikan waktu untuk mempertimbangkan langkah berikutnya dalam karir tanpa tergesa-gesa.
- Menjaga Stabilitas Keuangan: Tetap bekerja berarti tetap mendapatkan pemasukan, serta manfaat lainnya.
Kontra
- Risiko Ketidakpuasan Jangka Panjang: Menghindari masalah bukanlah solusi. Jika masalah di tempat kerja tidak ditangani, ketidakpuasan bisa berkembang menjadi frustrasi yang lebih besar.
- Potensi Stagnasi Karir: Dengan mengurangi keterlibatan, karyawan mungkin terlewatkan untuk peluang pengembangan, promosi, atau bonus.
- Hubungan dengan Rekan Kerja: Sikap yang apatis bisa mempengaruhi hubungan profesional, dan mungkin ada rekan kerja yang merasa terbebani oleh kurangnya komitmen.
Kapan dan Bagaimana Memutuskan Antara Resign atau Quiet Quitting?
Evaluasi Situasi Anda
Sangat penting untuk melakukan evaluasi diri secara mendalam sebelum memutuskan untuk resign atau memilih quiet quitting. Pertimbangkan beberapa pertanyaan berikut:
- Apakah situasi ini bersifat sementara? Jika Anda mengalami masa sulit yang mungkin segera berakhir, seperti proyek besar atau krisis dalam tim, quiet quitting mungkin menjadi solusi jangka pendek yang lebih baik daripada resign.
- Seberapa besar dampak dari keputusan ini? Pertimbangkan biaya emosional dan finansial dari resign. Jika dampaknya besar, bisa jadi lebih bijak untuk mencoba quiet quitting.
- Apakah ada kesempatan untuk perubahan? Diskusikan kekhawatiran Anda dengan atasan atau departemen HR. Kadang-kadang, meningkatkan komunikasi dapat membantu memperbaiki kondisi kerja.
Lakukan Dengan Tepat
Jika Anda memutuskan untuk melakukan quiet quitting, ada beberapa langkah yang bisa membantu Anda menjalani periode ini dengan lebih mudah:
- Bersikap Proaktif: Meskipun Anda memilih untuk menarik diri dari berbagai tekanan, tetaplah berusaha menyelesaikan tugas dengan baik. Jaga reputasi profesional Anda.
- Tentukan Prioritas: Fokus hanya pada tugas yang benar-benar penting dan yang memberikan dampak besar. Jangan buang waktu Anda untuk hal-hal kecil yang tidak menguntungkan.
- Ciptakan Keseimbangan Baru: Gunakan waktu tambahan untuk memperbaiki hubungan sosial, berbagi pengalaman, atau mengejar minat di luar pekerjaan. Mungkin Anda ingin mengejar hobi atau mengikuti kursus online untuk pengembangan diri.
- Jaga Kualitas Hidup: Berikan perhatian lebih pada kesehatan fisik dan mental Anda. Olahraga secara teratur, makan dengan baik, dan tidur cukup semuanya berkontribusi pada kesejahteraan yang lebih baik.
Mengapa Anda Tidak Perlu Merasa Bersalah Mengenai Quiet Quitting
Perasaan bersalah sering kali menyertai praktik quiet quitting. Namun, penting untuk diingat bahwa memilih untuk tidak terlibat secara emosional bukanlah kekalahan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa tidak perlu merasa bersalah:
- Mencegah Burnout: Dengan memilih untuk quiet quitting, Anda melindungi diri dari burnout yang lebih dalam. Tidak ada yang dapat berfungsi baik dalam kondisi mental yang buruk.
- Menjaga Stabilitas: Dalam dunia yang tidak pasti, menjaga situasi kerja yang stabil adalah keuntungan tersendiri. Quiet quitting memberi Anda waktu untuk merencanakan langkah selanjutnya.
- Bukan Malas, Tetapi Strategis: Quiet quitting bukan tentang malas. Ini adalah pilihan strategis untuk menjaga kesehatan mental dan fisik. Ada kalanya menyesuaikan diri dengan situasi demi diri sendiri adalah pilihan yang lebih bijaksana.
Refleksi dan Langkah Selanjutnya
Setelah melakukan quiet quitting, luangkan waktu untuk merefleksikan perasaan Anda. Apa yang Anda pelajari tentang diri sendiri selama periode ini? Apakah Anda merasa lebih puas atau justru lebih tidak puas? Ini adalah langkah penting sebelum mengambil keputusan selanjutnya, apakah itu resign, mencari posisi baru, atau bahkan mengeksplorasi peluang lain di dalam perusahaan yang sama.
Baik quiet quitting maupun resign memiliki pro dan kontra masing-masing. Namun, dengan pendekatan yang lebih strategis dan penuh pertimbangan, Anda dapat mengelola karier Anda sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pribadi. Jangan menyerah pada tekanan; sebaliknya, ajak diri Anda untuk berpikir kritis dan bijaksana dalam membuat keputusan.
Kesimpulan
Dalam instansi modern, penting bagi kita untuk menyadari semua pilihan yang tersedia bagi kita ketika menghadapi ketidakpuasan kerja. Quiet quitting adalah alternatif efektif yang memungkinkan kita untuk melindungi kesehatan mental sambil tetap memiliki penghasilan yang stabil. Namun, keputusan ini tetap harus dipertimbangkan dengan baik dan tidak terburu-buru.
Jadi, sebelum Anda menghujat diri untuk resign, cobalah untuk melihat kembali pekerjaan Anda dan pertimbangkan quiet quitting. Siapa tahu, mungkin Anda akan menemukan cara untuk mengubah perspektif dan menikmati pekerjaan Anda tanpa harus benar-benar melangkah pergi. Mari ciptakan ruang yang lebih sehat di tempat kerja—untuk diri kita sendiri dan untuk rekan-rekan kita!