Menggagas Agile 4.0 Organization Development
Menggagas Agile 4.0 Organization Development: Transformasi Menuju Kematangan Organisasi dan Alur Kerja yang Praktis
Dalam era dinamika bisnis yang terus berkembang, konsep Agile 4.0 Organization Development muncul sebagai panduan untuk mencapai organisasi yang matang dan alur kerja yang praktis. Artikel ini akan menjelaskan secara terperinci bagaimana mengembangkan organisasi yang lincah, responsif, dan siap menghadapi perubahan dalam setiap kondisi.
A. Konsep Dasar Agile 4.0
B. Budaya Organisasi yang Menerima Perubahan
Dalam era perubahan yang cepat, budaya organisasi yang menerima perubahan menjadi krusial untuk kesuksesan transformasi. Berikut ini akan dibahas secara rinci bagaimana membangun budaya yang mendukung adaptasi dan inovasi, khususnya di lingkungan profesional HR, HC, dan para pimpinan perusahaan di Indonesia.
1. Pemahaman Konsep Budaya Organisasi yang Menerima Perubahan
Budaya organisasi yang menerima perubahan merujuk pada sikap, nilai, dan norma yang mendukung kesiapan untuk beradaptasi dengan perubahan. Ini melibatkan semua tingkatan dalam organisasi, dari karyawan hingga pimpinan, untuk bersama-sama menjalani proses transformasi.
2. Keterlibatan Karyawan
Langkah awal untuk membangun budaya yang menerima perubahan adalah melibatkan karyawan secara aktif. Pemahaman karyawan tentang alasan di balik perubahan, dampaknya, dan peran masing-masing dalam proses tersebut sangat penting. Membuka ruang untuk pertanyaan, diskusi, dan umpan balik akan menciptakan rasa memiliki dan pengertian yang lebih baik.
3. Komunikasi Terbuka
Komunikasi yang terbuka dan transparan adalah pondasi utama dari budaya yang menerima perubahan. Pimpinan harus secara jelas dan konsisten menyampaikan informasi seputar perubahan, termasuk tujuan, rencana, dan manfaat yang diharapkan. Hal ini membantu mengurangi ketidakpastian dan menciptakan kepercayaan di antara karyawan.
4. Pemberdayaan Tim
Membangun budaya yang menerima perubahan melibatkan pemberdayaan tim. Pimpinan harus memberikan tanggung jawab kepada tim untuk mengambil inisiatif dalam menghadapi perubahan dan mencari solusi yang inovatif. Ini menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab bersama terhadap kesuksesan transformasi.
5. Pengelolaan Resistensi
Resistensi terhadap perubahan adalah hal yang wajar. Namun, budaya yang menerima perubahan harus menyediakan mekanisme untuk mengelola resistensi ini. Diskusi terbuka, pelatihan, dan dukungan psikologis dapat membantu karyawan mengatasi kekhawatiran mereka.
6. Penyelarasan Nilai Perusahaan dengan Perubahan
Penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai perusahaan sejalan dengan perubahan yang diusulkan. Jika perubahan mencerminkan nilai-nilai inti organisasi, karyawan akan lebih mungkin untuk merangkul transformasi tersebut.
7. Evaluasi dan Penyesuaian Terus-Menerus
Budaya yang menerima perubahan tidaklah statis. Evaluasi terus-menerus terhadap respons karyawan, efektivitas komunikasi, dan dampak perubahan diperlukan. Organisasi harus siap untuk menyesuaikan strategi budaya mereka sesuai dengan dinamika perubahan yang terus berlangsung.
Catatan
Membangun budaya organisasi yang menerima perubahan bukanlah tugas yang mudah, tetapi esensial untuk mencapai transformasi yang sukses. Dengan melibatkan karyawan, menerapkan komunikasi terbuka, dan memperkuat pemberdayaan tim, organisasi dapat menciptakan lingkungan di mana perubahan bukanlah ancaman, tetapi peluang untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama. Dalam konteks profesional HR, HC, dan pimpinan perusahaan di Indonesia, budaya ini menjadi fondasi bagi perusahaan untuk tetap relevan dan berdaya saing di pasar yang terus berkembang.
C. Tim Cross-Functional dan Kolaborasi Antar Tim
Dalam dinamika bisnis modern, Agile 4.0 menekankan pentingnya pembentukan tim cross-functional untuk merespons perubahan dengan lebih efektif. Berikut ini akan diuraikan secara rinci bagaimana tim cross-functional dapat menjadi katalisator kolaborasi antar tim dan mendukung pengambilan keputusan yang cepat, khususnya untuk pembaca yang merupakan profesional HR, HC, dan pimpinan perusahaan di Indonesia.
1. Konsep Tim Cross-Functional
Tim cross-functional adalah tim yang terdiri dari individu dengan berbagai keahlian dan latar belakang. Keahlian ini mencakup aspek-aspek yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek atau tugas, dari pengembangan produk hingga pelayanan pelanggan. Setiap anggota tim memberikan kontribusi berdasarkan keahliannya masing-masing.
2. Memfasilitasi Kolaborasi Antar Tim
Tim cross-functional memiliki potensi besar untuk memfasilitasi kolaborasi antar tim. Dengan membawa bersama individu dari berbagai departemen atau divisi, tim ini menciptakan lingkungan di mana ide-ide dapat bertukar bebas. Hal ini memungkinkan organisasi untuk mengatasi batasan silo dan menciptakan solusi yang holistik.
3. Keuntungan Kolaborasi Antar Tim
Kolaborasi antar tim membawa sejumlah keuntungan signifikan. Pertama, adanya variasi keahlian dalam satu tim memastikan bahwa solusi yang dihasilkan mencakup berbagai perspektif. Kedua, kerjasama yang lebih erat mempercepat penyelesaian tugas dan proyek. Ketiga, terbukanya saluran komunikasi antar tim mengurangi risiko kesalahpahaman dan meningkatkan koordinasi.
4. Pengambilan Keputusan yang Cepat
Tim cross-functional tidak hanya berkontribusi pada kolaborasi antar tim tetapi juga mendukung pengambilan keputusan yang cepat. Karena berbagai keahlian hadir dalam satu tim, diskusi dan evaluasi dapat dilakukan dengan lebih komprehensif, memungkinkan pengambilan keputusan yang informasional dan lebih akurat.
5. Alur Kerja yang Praktis
Penting untuk menciptakan alur kerja yang praktis agar kolaborasi antar tim berjalan lancar. Penggunaan platform kolaborasi digital, pertemuan reguler, dan pembagian tanggung jawab yang jelas adalah beberapa aspek yang harus diperhatikan. Alur kerja ini harus memfasilitasi komunikasi yang efektif dan berkelanjutan.
6. Pemimpin Tim yang Efektif
Pemimpin tim cross-functional memiliki peran yang krusial. Mereka harus mampu memahami dan menghargai keahlian setiap anggota tim, memotivasi kolaborasi, dan memastikan bahwa tujuan bersama diutamakan di atas kepentingan departemen masing-masing.
7. Evaluasi dan Peningkatan Terus-Menerus
Agile 4.0 menekankan pada siklus pembelajaran yang berkelanjutan. Tim cross-functional harus melakukan evaluasi terus-menerus terhadap kolaborasi dan alur kerja mereka. Feedback dari setiap anggota tim dan analisis kinerja tim secara keseluruhan dapat digunakan untuk perbaikan dan inovasi terus-menerus.
Catatan
Tim cross-functional menjadi pilar utama dalam penciptaan lingkungan kerja yang adaptif dan responsif dalam Agile 4.0. Dengan memahami peran penting kolaborasi antar tim dan merancang alur kerja yang praktis, organisasi dapat memaksimalkan potensi tim cross-functional untuk menghasilkan solusi inovatif dan mendukung transformasi yang sukses. Inilah langkah penting menuju kesiapan menghadapi tantangan bisnis di era perubahan yang terus berlanjut.
D. Pembelajaran Berkelanjutan
Pembelajaran berkelanjutan adalah pilar utama dalam kesuksesan organisasi yang mengadopsi Agile 4.0. Berikut ini akan dibahas secara terperinci bagaimana pembelajaran yang berkesinambungan dapat menjadi fondasi untuk inovasi dan adaptasi, khususnya bagi pembaca yang merupakan profesional HR, HC, dan pimpinan perusahaan di Indonesia.
1. Pemahaman Konsep Pembelajaran Berkelanjutan
Pembelajaran berkelanjutan bukan sekadar pelatihan atau pendidikan formal, tetapi suatu proses yang melibatkan pemahaman, adaptasi, dan penerapan pengetahuan baru secara terus-menerus. Ini menciptakan budaya di mana karyawan diuntungkan oleh pengalaman, belajar dari kesalahan, dan terlibat dalam pengembangan diri mereka secara konstan.
2. Pengembangan Karyawan
Agile 4.0 menekankan pada pengembangan karyawan sebagai investasi kunci. Organisasi harus memiliki strategi yang terstruktur untuk mengidentifikasi kebutuhan pengembangan karyawan dan menyediakan pelatihan yang relevan. Ini dapat mencakup program pengembangan kepemimpinan, pelatihan teknis, dan pengembangan keterampilan interpersonal.
3. Pelatihan Keterampilan Baru
Era perubahan yang cepat membutuhkan adaptasi terhadap keterampilan baru. Pembelajaran berkelanjutan melibatkan pelatihan keterampilan yang relevan dengan tren industri dan kebutuhan bisnis. Ini bisa mencakup pemahaman teknologi terkini, peningkatan keahlian analitis, atau pengembangan keterampilan manajemen waktu.
4. Siklus Umpan Balik yang Terus-Menerus
Siklus umpan balik adalah bagian integral dari pembelajaran berkelanjutan. Organisasi harus menciptakan mekanisme untuk memberikan dan menerima umpan balik secara teratur. Ini tidak hanya melibatkan umpan balik dari atasan, tetapi juga umpan balik antar rekan kerja dan dari pelanggan. Siklus umpan balik yang efektif memungkinkan karyawan untuk terus meningkatkan kinerja mereka.
5. Penerapan Knowledge Management
Pembelajaran berkelanjutan juga melibatkan penerapan knowledge management yang efektif. Organisasi harus memiliki sistem untuk mengumpulkan, menyimpan, dan berbagi pengetahuan. Platform digital, basis data pengetahuan, dan komunitas pembelajaran dapat menjadi alat yang efektif untuk memfasilitasi pertukaran informasi.
6. Budaya Pembelajaran
Membangun budaya pembelajaran adalah langkah penting. Budaya ini menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa nyaman untuk mencoba hal baru, berbagi pengetahuan, dan mengakui kekurangan. Pemimpin organisasi memiliki peran kunci dalam membentuk budaya ini melalui teladan dan pengakuan atas upaya pembelajaran.
7. Evaluasi Dampak Pembelajaran
Organisasi harus mampu mengukur dampak dari program pembelajaran berkelanjutan. Ini melibatkan evaluasi efektivitas pelatihan, peningkatan kinerja karyawan, dan kontribusi terhadap tujuan bisnis. Dengan memahami dampaknya, organisasi dapat mengalokasikan sumber daya dengan lebih efektif untuk program pembelajaran yang memberikan hasil terbaik.
Catatan
Pembelajaran berkelanjutan bukanlah sekadar inisiatif sementara, tetapi fondasi yang memungkinkan organisasi untuk terus berkembang dan beradaptasi di era Agile 4.0. Dengan fokus pada pengembangan karyawan, pelatihan keterampilan baru, siklus umpan balik, dan pembangunan budaya pembelajaran, organisasi dapat memastikan bahwa mereka selalu berada di garis depan perubahan, dengan karyawan yang siap menghadapi tantangan masa depan.
E. Penerapan Teknologi Terdepan
Teknologi memainkan peran kunci dalam menghadapi tantangan bisnis modern, dan pembaca yang merupakan profesional HR, HC, dan pimpinan perusahaan di Indonesia harus memahami pentingnya penerapan teknologi terdepan. Mari Kita uraikan secara terperinci bagaimana teknologi seperti AI, analitika prediktif, dan Internet of Things (IoT) dapat meningkatkan efisiensi operasional serta mendukung pengambilan keputusan yang lebih cerdas.
1. Peran AI (Artificial Intelligence)
AI adalah teknologi yang mampu memberikan kecerdasan buatan pada sistem komputer. Penerapan AI dalam organisasi dapat meningkatkan efisiensi melalui otomatisasi tugas-tugas rutin, analisis data yang lebih cepat, dan pengambilan keputusan yang lebih cerdas. Contoh implementasi AI termasuk chatbot untuk layanan pelanggan, analisis prediktif untuk peramalan bisnis, dan sistem rekomendasi untuk peningkatan personalisasi.
2. Analitika Prediktif
Analitika prediktif menggunakan data, statistik, dan teknik machine learning untuk mengidentifikasi pola dan membuat prediksi tentang masa depan. Dalam konteks organisasi, analitika prediktif dapat digunakan untuk meramalkan tren pasar, mengoptimalkan rantai pasokan, dan mengidentifikasi peluang bisnis. Ini memberikan wawasan mendalam yang dapat membantu perusahaan mengambil keputusan strategis.
3. Internet of Things (IoT)
IoT melibatkan penggunaan sensor dan perangkat terhubung untuk mengumpulkan dan bertukar data melalui internet. Dalam lingkungan bisnis, penerapan IoT dapat menciptakan operasi yang lebih efisien. Misalnya, dalam manufaktur, mesin-mesin dapat terhubung untuk memonitor performa dan mencegah kerusakan berdasarkan data real-time.
4. Meningkatkan Efisiensi Operasional
Penerapan teknologi terdepan bertujuan utama untuk meningkatkan efisiensi operasional. Proses bisnis yang diotomatisasi dengan AI mengurangi kesalahan manusia dan mempercepat eksekusi tugas-tugas rutin. Analitika prediktif membantu organisasi untuk merencanakan strategi yang lebih baik dengan memahami tren dan perilaku pasar. IoT memungkinkan pengawasan real-time terhadap aktivitas operasional, meminimalkan waktu henti dan memaksimalkan produktivitas.
5. Pengambilan Keputusan yang Lebih Cerdas
Teknologi terdepan memberikan organisasi kemampuan untuk mengambil keputusan yang lebih cerdas. Dengan data yang lebih akurat dan prediksi yang dapat diandalkan, pimpinan dapat membuat keputusan yang lebih informasional. Keputusan yang didukung oleh teknologi canggih membantu organisasi beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan lingkungan bisnis.
6. Keamanan Data
Seiring dengan manfaatnya, penerapan teknologi terdepan juga memunculkan tantangan terkait keamanan data. Oleh karena itu, organisasi perlu melibatkan kebijakan keamanan yang ketat dan mengadopsi solusi keamanan siber terkini untuk melindungi data sensitif dan menghindari potensi risiko keamanan.
7. Pelatihan dan Integrasi Karyawan
Pengenalan teknologi baru memerlukan pelatihan dan integrasi karyawan yang efektif. Organisasi perlu memberikan pelatihan reguler agar karyawan dapat memahami dan menggunakan teknologi terdepan secara optimal. Integrasi yang baik akan memastikan bahwa teknologi menjadi bagian integral dari budaya organisasi.
Catatan
Penerapan teknologi terdepan bukan hanya tentang mengadopsi teknologi untuk teknologi, tetapi tentang menciptakan organisasi yang lincah dan siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan mengoptimalkan AI, analitika prediktif, dan IoT, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, memperkuat keputusan strategis, dan tetap bersaing di era digital yang terus berkembang.
F. Framework Agile yang Sesuai
Dalam upaya menerapkan Agile di organisasi, pemilihan framework yang sesuai sangat penting. Bagaimana pemilihan framework Agile yang tepat, terutama untuk pembaca yang merupakan profesional HR, HC, dan pimpinan perusahaan di Indonesia. Opsi yang umumnya dipertimbangkan, seperti SCRUM, Kanban, dan SAFe (Scaled Agile Framework), akan diuraikan dengan mempertimbangkan karakteristik unik organisasi.
1. SCRUM:
Karakteristik:
- Iteratif dan Inkremental: SCRUM berfokus pada pengembangan perangkat lunak secara iteratif dan inkremental, dengan iterasi yang disebut “sprint”.
- Peran yang Didefinisikan dengan Jelas: SCRUM memiliki peran yang sangat didefinisikan, termasuk Product Owner, Scrum Master, dan Tim Pengembang.
- Cocok untuk Proyek Inovatif: SCRUM sering digunakan dalam proyek-proyek inovatif di mana perubahan sering terjadi selama siklus pengembangan.
Keuntungan:
- Transparansi dan Keterlibatan Tim: SCRUM memberikan transparansi yang tinggi dalam pengembangan dan melibatkan tim secara aktif dalam proses pengambilan keputusan.
Pertimbangan:
- Perlu Manajemen yang Aktif: Memerlukan keterlibatan aktif dari manajemen dan pemilik produk untuk memastikan kelancaran pelaksanaan.
2. Kanban:
Karakteristik:
- Tidak Terbatas pada Iterasi Waktu: Kanban tidak terbatas pada iterasi waktu tertentu. Tugas ditangani secara kontinu dan diprioritaskan berdasarkan kebutuhan.
- Visualisasi Alur Kerja: Menggunakan papan visual untuk menampilkan alur kerja, memungkinkan tim melihat status setiap tugas secara jelas.
Keuntungan:
- Fleksibilitas dan Keterbukaan: Kanban memberikan fleksibilitas untuk menyesuaikan alur kerja sesuai dengan kebutuhan, dan memberikan visibilitas real-time terhadap tugas.
Pertimbangan:
- Perlu Pengelolaan Prioritas yang Jelas: Memerlukan manajemen prioritas yang jelas untuk menghindari penumpukan pekerjaan yang tidak efisien.
3. SAFe (Scaled Agile Framework):
Karakteristik:
- Skalabilitas untuk Organisasi Besar: SAFe dirancang untuk organisasi besar dan kompleks yang memiliki beberapa tim bekerja bersama untuk mengembangkan solusi besar.
- Struktur yang Terorganisir: Menyediakan struktur yang terorganisir dengan konsep seperti Agile Release Trains (ARTs) dan Program Increments (PIs).
Keuntungan:
- Manajemen Skala Tingkat Perusahaan: Cocok untuk organisasi yang ingin menerapkan prinsip-prinsip Agile di semua tingkatan, mulai dari tim hingga tingkat perusahaan.
Pertimbangan:
- Kompleksitas Implementasi: SAFe dapat memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi, dan perlu pemahaman dan komitmen yang baik dari semua pemangku kepentingan.
4. Pemilihan Berdasarkan Karakteristik Unik Organisasi:
Karakteristik Unik Organisasi:
- Ukuran dan Struktur Organisasi: Organisasi besar dengan struktur yang kompleks mungkin lebih cocok dengan SAFe, sementara organisasi yang lebih kecil dan inovatif mungkin menemukan SCRUM atau Kanban lebih sesuai.
- Frekuensi Perubahan: Jika organisasi sering berhadapan dengan perubahan kebutuhan pelanggan, SCRUM mungkin lebih sesuai, sementara Kanban dapat lebih cocok jika perubahan terjadi secara terus-menerus dan tidak dapat diprediksi.
- Fleksibilitas Tim: Jika tim membutuhkan fleksibilitas yang tinggi dalam mengelola pekerjaan, Kanban bisa menjadi pilihan yang baik.
Catatan
Pemilihan framework Agile yang sesuai harus mempertimbangkan karakteristik unik organisasi dan tujuan bisnis. SCRUM, Kanban, dan SAFe memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Pemahaman yang mendalam tentang setiap framework dan evaluasi kebutuhan organisasi akan membantu memilih yang paling sesuai untuk mencapai hasil yang diinginkan. Implementasi yang sukses bergantung pada pemahaman yang baik, komitmen penuh dari tim, dan adaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
G. Pengukuran Kinerja yang Akurat
Pengukuran kinerja yang akurat menjadi landasan penting bagi perkembangan organisasi, terutama dalam konteks transformasi Agile. Bagaimana memilih dan mengimplementasikan Key Performance Indicators (KPIs) yang relevan dan dapat diukur, khususnya untuk pembaca yang merupakan profesional HR, HC, dan pimpinan perusahaan di Indonesia.
1. Identifikasi Tujuan dan Strategi Organisasi
Sebelum memilih KPI, organisasi harus dengan jelas mengidentifikasi tujuan dan strategi mereka. Pengukuran kinerja harus selaras dengan visi dan misi organisasi serta mendukung pencapaian tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
2. Penetapan KPI yang Relevan dan Dapat Diukur
a. KPI yang Terkait dengan Transformasi Agile
- Velocity: Untuk tim yang menggunakan SCRUM, velocity mengukur jumlah pekerjaan yang berhasil diselesaikan dalam setiap sprint.
- Lead Time dan Cycle Time: Mengukur waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau layanan dari konsep hingga pengiriman.
- Customer Satisfaction: Menilai kepuasan pelanggan terhadap produk atau layanan yang dihasilkan melalui pendekatan Agile.
b. KPI yang Terkait dengan Pengembangan Karyawan
- Employee Engagement: Mengukur tingkat keterlibatan karyawan dalam proses transformasi dan kepuasan mereka terhadap lingkungan kerja.
- Skill Development: Melacak perkembangan keterampilan dan keahlian karyawan selama dan setelah implementasi Agile.
c. KPI yang Terkait dengan Efisiensi Operasional
- Lead Time dan Cycle Time: Dalam konteks efisiensi operasional, KPI ini juga mencerminkan seberapa cepat sebuah tugas dapat diselesaikan.
- Throughput: Mengukur jumlah pekerjaan yang diselesaikan dalam suatu periode waktu.
3. Pengukuran dengan Data yang Valid dan Akurat
Pastikan data yang digunakan untuk mengukur KPI berasal dari sumber yang valid dan akurat. Ketidakakuratan data dapat mengarah pada evaluasi yang keliru dan keputusan yang salah.
4. Periodisitas dan Evaluasi Berkala
Tentukan jadwal evaluasi kinerja dan pemantauan KPI. Jangan hanya melakukan evaluasi akhir, tetapi juga evaluasi berkala untuk mengidentifikasi perubahan dan tren seiring waktu.
5. Melibatkan Pemangku Kepentingan
Pemangku kepentingan, termasuk karyawan dan manajemen tingkat atas, perlu terlibat dalam proses pengukuran kinerja. Hal ini tidak hanya meningkatkan keberlanjutan program, tetapi juga menciptakan pemahaman bersama tentang tujuan dan nilai KPI.
6. Kesesuaian dan Perbaikan Terus-Menerus
Evaluasi KPI secara berkala membuka peluang untuk penyesuaian dan perbaikan. Jika KPI tidak lagi relevan atau organisasi berubah, pertimbangkan untuk memperbarui atau mengganti KPI yang ada.
7. Integrasi Pengukuran Kinerja dengan Proses Pembelajaran
Pengukuran kinerja tidak hanya tentang memberikan nilai, tetapi juga tentang pembelajaran. Integrasikan hasil pengukuran ke dalam proses pembelajaran organisasi untuk meningkatkan strategi dan taktik ke depannya.
Catatan
Mengimplementasikan pengukuran kinerja yang akurat adalah langkah penting dalam perjalanan transformasi Agile. Dengan KPI yang relevan dan dapat diukur, organisasi dapat memantau kemajuan, mengidentifikasi area perbaikan, dan memastikan bahwa transformasi berjalan sesuai rencana. Proses evaluasi yang terus-menerus dan keterlibatan aktif dari semua pemangku kepentingan akan membawa dampak positif pada perubahan organisasi dan membantu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Penutup
Agile 4.0 Organization Development bukan sekadar metode, tetapi sebuah filosofi yang mengilhami organisasi untuk berkembang dalam lingkungan yang kompleks dan cepat berubah. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Agile 4.0, organisasi dapat mencapai kematangan dan alur kerja yang praktis, memberikan fondasi yang kuat untuk bersaing di era bisnis yang selalu berubah. Dengan tekad untuk inovasi dan adaptasi, organisasi dapat melangkah maju sebagai pionir dalam industri mereka.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda!
Terima kasih dan salam HRD Forum.
Bahari Antono, ST, MBA
Owner & Founder HRD Forum
—
Ingin mengundang HRD Forum? Silakan kirimkan email ke : Event@HRD-Forum.com atau Whatsapp : 0818715595
HRD Forum Connect :
linktr.ee/hrdforum
—
HRD Forum memberikan jasa Training, Konsultasi, Pendampingan dan Pengerjaan project-project HR seperti : HRBP (HR Business Partner), Job Analysis & Job Description, Analisis Beban Kerja, Key Performance Indicators (KPI), Objective & Key Result (OKR), Desain Kompetensi Jabatan, Kamus Kompetensi Jabatan, Matrik Kompetensi Jabatan, CBHRM, Struktur & Skala Upah, Job Evaluation, Training Evaluation & ROTI, Behavioral Event Interview (BEI), Training of Trainer (TOT), SWOT Analysis, Organization Development, Corporate Culture, HR Audit, Performance Management, Performance Appraisal, Coaching for Performance, Talent Management Program, Career Planning, Industrial Relation, Leadership Development Program, Manager Development Program, Supervisory Development Program, Staff Development Program, Managerial Skills for Leaders, Strategic Planning, Strategic Thinking dan sebagainya. Untuk menggunakan jasa HRD Forum silakan hubungi Hotline : 08788-1000-100 atau Whatsapp ke : 0818715595
—