KPI – Key Performance Indicators di Industri Perbankan
Contoh KPI di Industri Perbankan
KPI atau Key Performance Indicators adalah ukuran atau angka yang digunakan untuk mengukur kinerja atau prestasi suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. KPI digunakan untuk memastikan bahwa perusahaan berjalan dengan efisien dan efektif, serta membantu mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan. Dengan menggunakan KPI, perusahaan dapat memantau dan mengevaluasi kinerja mereka secara teratur dan objektif.
Funding dan Lending
Funding adalah proses pengumpulan dana oleh sebuah institusi keuangan seperti bank atau perusahaan asuransi dari berbagai sumber seperti nasabah, investor, atau lembaga keuangan lainnya. Dana yang terkumpul tersebut kemudian digunakan oleh institusi keuangan tersebut untuk menyediakan berbagai produk dan layanan keuangan kepada nasabahnya, seperti kredit, tabungan, deposito, dan asuransi.
Lending adalah proses pemberian pinjaman oleh sebuah institusi keuangan seperti bank atau lembaga pembiayaan kepada individu atau badan usaha untuk keperluan tertentu seperti investasi, pembelian rumah, mobil, atau modal usaha. Dalam proses lending, peminjam akan mengajukan permohonan pinjaman, dan bank atau lembaga pembiayaan akan mengevaluasi kelayakan peminjam untuk mendapatkan pinjaman tersebut. Jika peminjam memenuhi kriteria, maka pinjaman akan disetujui dan dana akan disalurkan ke peminjam. Peminjam kemudian akan membayar kembali pinjaman tersebut dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama dengan bank atau lembaga pembiayaan.
Manfaat KPI di Industri Perbankan
KPI atau Key Performance Indicators sangat penting bagi industri perbankan karena memberikan banyak manfaat, di antaranya:
- Membantu mengukur kinerja bank: KPI membantu perbankan untuk mengukur kinerja mereka secara objektif, sehingga bank dapat mengetahui sejauh mana target yang telah ditetapkan telah tercapai atau tidak.
- Meningkatkan transparansi: Dengan menggunakan KPI, bank dapat meningkatkan transparansi dalam hal kinerja keuangan dan operasional, sehingga pihak-pihak yang terkait, seperti investor, nasabah, dan regulator, dapat memahami dengan jelas posisi keuangan bank.
- Memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik: KPI membantu manajemen bank dalam mengambil keputusan yang lebih baik karena memberikan data dan informasi yang akurat dan terukur.
- Meningkatkan efisiensi: Dengan menggunakan KPI, bank dapat mengidentifikasi area-area yang memerlukan perbaikan dan mengambil tindakan yang tepat untuk meningkatkan efisiensi operasional.
- Meningkatkan daya saing: Dengan menggunakan KPI, bank dapat membandingkan kinerjanya dengan bank-bank lain dan mengetahui kelebihan dan kekurangan mereka dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya.
- Meningkatkan kepercayaan nasabah: KPI dapat memberikan informasi yang transparan dan terukur mengenai kinerja keuangan bank, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank.
Dengan manfaat-manfaat tersebut, KPI menjadi sangat penting bagi perbankan dalam mengelola bisnis mereka dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Contoh KPI di Industri Perbankan
KPI (Key Performance Indicators) yang dapat dipertimbangkan untuk sebuah bank antara lain:
- Pertumbuhan Pendapatan: Pertumbuhan pendapatan dapat diukur dari perbandingan pendapatan bank pada tahun lalu dan pendapatan pada tahun sekarang.
- Pertumbuhan Jumlah Nasabah: Jumlah nasabah dapat diukur dari jumlah nasabah baru yang bergabung dengan bank setiap bulan.
- Kepuasan Nasabah: Kepuasan nasabah dapat diukur dari survei kepuasan nasabah yang dilakukan secara berkala.
- Efisiensi Operasional: Efisiensi operasional dapat diukur dari perbandingan biaya operasional bank dan pendapatan bank.
- Rasio Kredit Bermasalah: Rasio kredit bermasalah dapat dihitung dengan membandingkan total kredit yang bermasalah dengan total kredit yang diberikan oleh bank.
- Penjualan Produk: Penjualan produk dapat diukur dari jumlah penjualan produk per bulan, seperti pinjaman, kartu kredit, deposito, dan lainnya.
- Efektivitas Pemasaran: Efektivitas pemasaran dapat diukur dari tingkat respons pelanggan terhadap kampanye pemasaran bank.
- Peningkatan Kapitalisasi: Peningkatan kapitalisasi dapat diukur dari jumlah modal yang ditanamkan pada bank, baik dari pemegang saham atau investor.
- Rasio Efisiensi: Rasio efisiensi dapat dihitung dengan membandingkan total biaya operasional bank dengan total pendapatan bank.
- Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga: Pertumbuhan dana pihak ketiga dapat diukur dari jumlah dana pihak ketiga yang masuk ke bank setiap bulan.
Beberapa Contoh Tambahan KPI di Perbankan
- Cost of Funds (COF): COF mengukur biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk menghimpun dana dari berbagai sumber, seperti tabungan, deposito, dan lain-lain. Semakin rendah COF, semakin efisien bank dalam menghimpun dana.
- Loan to Deposit Ratio (LDR): LDR adalah rasio yang mengukur jumlah kredit yang disalurkan oleh bank dibandingkan dengan jumlah dana yang tersedia. Semakin tinggi LDR, semakin banyak kredit yang diberikan oleh bank.
- Deposit Growth: Deposit growth mengukur pertumbuhan dana yang masuk ke bank. Semakin tinggi deposit growth, semakin banyak dana yang dihimpun oleh bank.
- Non-Interest Income: Non-interest income mengukur pendapatan yang diperoleh bank dari sumber lain selain bunga, seperti fee dan komisi. Semakin tinggi non-interest income, semakin banyak pendapatan yang diperoleh bank.
- Liquidity Ratio: Liquidity ratio mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban finansial dalam jangka pendek. Semakin tinggi liquidity ratio, semakin likuid posisi keuangan bank.
- Time Deposit Ratio: Time deposit ratio mengukur rasio antara deposito berjangka dengan total deposito. Semakin tinggi time deposit ratio, semakin banyak dana yang terkunci dalam jangka waktu tertentu.
- Net Interest Margin (NIM): NIM mengukur selisih antara pendapatan bunga dan biaya bunga yang dikeluarkan oleh bank. Semakin tinggi NIM, semakin besar keuntungan yang diperoleh bank.
- CASA Ratio: CASA (Current Account Savings Account) ratio mengukur rasio antara tabungan dan rekening giro dengan total deposito. Semakin tinggi CASA ratio, semakin sedikit biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk menghimpun dana.
- Loan Growth: Loan growth mengukur pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh bank. Semakin tinggi loan growth, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh bank.
- Return on Assets (ROA): ROA mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dari total aset yang dimiliki. Semakin tinggi ROA, semakin efisien bank dalam memanfaatkan aset untuk memperoleh keuntungan.
- Loan to Deposit Ratio (LDR): LDR adalah rasio yang mengukur jumlah kredit yang disalurkan oleh bank dibandingkan dengan jumlah dana yang tersedia. Semakin tinggi LDR, semakin banyak kredit yang diberikan oleh bank.
- Non-Performing Loan (NPL) Ratio: NPL ratio mengukur rasio antara kredit bermasalah dengan total kredit yang disalurkan oleh bank. Semakin rendah NPL ratio, semakin baik kualitas portofolio kredit bank.
- Loan Loss Provision (LLP) Ratio: LLP ratio mengukur jumlah cadangan yang disiapkan oleh bank untuk menutupi potensi kerugian dari kredit bermasalah. Semakin tinggi LLP ratio, semakin besar perlindungan yang dimiliki bank terhadap risiko kredit.
- Interest Spread: Interest spread mengukur selisih antara bunga yang diterima oleh bank dari peminjam dan bunga yang dibayarkan kepada para penabung. Semakin besar interest spread, semakin besar keuntungan yang diperoleh oleh bank.
- Loan Growth: Loan growth mengukur pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh bank. Semakin tinggi loan growth, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh bank.
- Debt Service Coverage Ratio (DSCR): DSCR mengukur kemampuan debitur untuk membayar angsuran kredit. Semakin tinggi DSCR, semakin baik kemampuan debitur untuk membayar angsuran kredit.
- Return on Assets (ROA): ROA mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dari total aset yang dimiliki. Semakin tinggi ROA, semakin efisien bank dalam memanfaatkan aset untuk memperoleh keuntungan.
- Net Interest Margin (NIM): NIM mengukur selisih antara pendapatan bunga dan biaya bunga yang dikeluarkan oleh bank. Semakin tinggi NIM, semakin besar keuntungan yang diperoleh bank.
- Loan-to-Value (LTV) Ratio: LTV ratio mengukur rasio antara nilai kredit dengan nilai jaminan yang diberikan oleh debitur. Semakin rendah LTV ratio, semakin aman posisi kredit yang dimiliki bank.
- Approval Rate: Approval rate mengukur persentase kredit yang disetujui oleh bank. Semakin tinggi approval rate, semakin efektif bank dalam menyeleksi calon debitur yang layak untuk diberikan kredit.
- Funding Ratio: Funding ratio mengukur rasio antara dana yang dihimpun oleh bank dengan jumlah aset yang dimiliki oleh bank. Semakin tinggi funding ratio, semakin besar kepercayaan masyarakat pada bank.
- Net Interest Income (NII): NII mengukur selisih antara pendapatan bunga yang diterima oleh bank dan biaya bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk menghimpun dana dari berbagai sumber. Semakin besar NII, semakin besar keuntungan yang diperoleh oleh bank dari aktivitas funding.
- Liquidity Coverage Ratio (LCR): LCR mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kebutuhan dana dalam jangka pendek dengan aset yang mudah dicairkan. Semakin tinggi LCR, semakin aman posisi likuiditas bank.
- Loan-to-Deposit Ratio (LDR): LDR mengukur rasio antara dana yang dihimpun oleh bank dari nasabah dan dana yang disalurkan oleh bank dalam bentuk kredit. Semakin rendah LDR, semakin besar sisa dana yang dimiliki oleh bank untuk diinvestasikan dalam instrumen keuangan lainnya.
- Return on Equity (ROE): ROE mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan dari modal yang dimilikinya. Semakin tinggi ROE, semakin efektif bank dalam memanfaatkan modal yang dimilikinya untuk memperoleh keuntungan.
- Capital Adequacy Ratio (CAR): CAR mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangan dan menanggung risiko dalam operasinya. Semakin tinggi CAR, semakin kuat posisi keuangan bank.
- Average Cost of Funding (ACF): ACF mengukur biaya rata-rata yang dibebankan oleh bank untuk menghimpun dana dari berbagai sumber. Semakin rendah ACF, semakin efisien bank dalam menghimpun dana.
- Non-Interest Income (NII): NII mengukur pendapatan yang diperoleh oleh bank dari kegiatan bisnis selain pendapatan bunga, seperti fee-based income dan pendapatan dari transaksi valuta asing. Semakin besar NII, semakin beragam sumber pendapatan bank dan semakin stabil kinerja keuangan bank.
- Deposit Mix: Deposit mix mengukur komposisi dana yang dihimpun oleh bank dari berbagai jenis deposito, seperti deposito berjangka, deposito on-call, dan giro. Semakin beragam deposit mix, semakin diversifikasi sumber dana yang dimiliki oleh bank.
- Funding Cost Ratio (FCR): FCR mengukur rasio antara biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk menghimpun dana dengan jumlah dana yang berhasil dihimpun. Semakin rendah FCR, semakin efisien bank dalam mengelola biaya funding.
- Loan Growth: Loan growth mengukur pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh bank kepada nasabahnya. Semakin tinggi loan growth, semakin banyak nasabah yang mempercayakan kebutuhan finansialnya pada bank.
- Credit Quality: Credit quality mengukur risiko kredit yang diambil oleh bank, seperti risiko kredit macet atau risiko kredit yang kurang likuid. Semakin baik credit quality, semakin aman posisi keuangan bank dan semakin minim risiko kredit yang harus ditanggung oleh bank.
- Loan-to-Asset Ratio (LAR): LAR mengukur rasio antara total kredit yang disalurkan oleh bank dengan total aset yang dimiliki oleh bank. Semakin rendah LAR, semakin rendah risiko kredit yang diambil oleh bank.
- Interest Expense Ratio (IER): IER mengukur rasio antara biaya bunga yang dikeluarkan oleh bank dengan total aset yang dimiliki oleh bank. Semakin rendah IER, semakin efisien bank dalam mengelola biaya bunga dan semakin besar margin keuntungan yang diperoleh oleh bank.
- Loan Loss Provision (LLP) Ratio: LLP ratio mengukur rasio antara nilai total cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif (CKPNAP) yang dibentuk oleh bank dengan total aset produktif yang dimiliki oleh bank. Semakin tinggi LLP ratio, semakin besar cadangan kerugian yang dibentuk oleh bank untuk mengantisipasi risiko kredit yang ada.
- Cost-to-Income Ratio (CIR): CIR mengukur rasio antara biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank dengan pendapatan operasional yang diperoleh oleh bank. Semakin rendah CIR, semakin efisien bank dalam mengelola biaya operasional dan semakin besar margin keuntungan yang diperoleh oleh bank.
- Retail Funding Ratio: Retail funding ratio mengukur rasio antara dana yang dihimpun oleh bank dari nasabah ritel dengan total dana yang dimiliki oleh bank. Semakin tinggi retail funding ratio, semakin besar kepercayaan masyarakat pada bank sebagai lembaga keuangan yang aman dan stabil.
- Time Deposit Ratio: Time deposit ratio mengukur rasio antara dana yang dihimpun oleh bank dari deposito berjangka dengan total dana yang dimiliki oleh bank. Semakin tinggi time deposit ratio, semakin kuat posisi keuangan bank karena deposito berjangka dianggap sebagai sumber dana yang relatif stabil dan jangka panjang.
Semoga bermanfaat, terima kasih dan salam HRD Forum.
HRD Forum Connect :
linktr.ee/hrdforum
linktr.ee/hrdforum
linktr.ee/hrdforum
—
Bahari Antono, ST, MBA
Beliau adalah owner & Founder HRD Forum, menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Teknik – Universitas Indonesia dan menyelesaikan pendidikan S2 di Institut Teknologi Bandung.
Melalui HRD Forum Beliau memberikan jasa Training, Konsultasi, Pendampingan dan Pengerjaan project-project HR seperti : Job Analysis & Job Description, Analisis Beban Kerja, Key Performance Indicators (KPI), Objective & Key Result (OKR), Desain Kompetensi Jabatan, Kamus Kompetensi Jabatan, Matrik Kompetensi Jabatan, CBHRM, Struktur & Skala Upah, Job Evaluation, Training Evaluation & ROTI, BEI, Organization Development, Corporate Culture, Performance Management, Performance Appraisal, Coaching for Performance, Talent Management Program, Career Planning, Industrial Relation dan sebagainya. Untuk menggunakan jasa HRD Forum silakan hubungi Hotline : 08788-1000-100 atau Whatsapp ke : 0818715595
—