Power Harassment: Strategi Penanganan di Tempat Kerja

0

Power Harassment: Definisi, Dampak, dan Strategi Penanganan di Tempat Kerja

Sahabat HRD Forum, Istilah “power harassment” pertama kali dicetuskan oleh psikolog sosial Okada Yasuko pada tahun 2003, sebagaimana dikutip dari penelitian yang diterbitkan di Journal of Asia-Pacific Study oleh Universitas Waseda pada tahun 2014. Konsep ini merujuk pada pelecehan dan penindasan di tempat kerja yang dilakukan oleh individu dengan kekuasaan yang lebih besar terhadap mereka yang memiliki posisi atau pangkat lebih rendah. Power harassment menjadi isu yang semakin relevan dalam lingkungan kerja modern, di mana dinamika kekuasaan dan hubungan antarindividu seringkali menjadi kompleks.

Definisi Power Harassment

Power harassment adalah tindakan pelecehan dan penindasan yang terjadi di tempat kerja, di mana individu yang memiliki kekuasaan lebih besar, seperti atasan, manajer, atau pemimpin tim, menggunakan posisinya untuk menindas atau melecehkan bawahan mereka. Bentuk-bentuk power harassment dapat bervariasi, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

  1. Verbal Harassment: Menghina, memarahi, atau mengkritik secara berlebihan dan tidak konstruktif.
  2. Physical Harassment: Kontak fisik yang tidak diinginkan atau kekerasan fisik.
  3. Work-related Harassment: Memberikan beban kerja yang tidak wajar atau menahan tugas yang seharusnya diberikan.
  4. Exclusion: Mengisolasi individu dari kegiatan kelompok atau informasi penting.
  5. Psychological Harassment: Memberikan tekanan mental atau emosional yang berlebihan.

Beberapa contoh Power Harassment di tempat kerja

1. Kritik Berlebihan di Depan Publik

Contoh: Seorang manajer mengkritik karyawan secara berlebihan di depan rekan-rekan kerja lainnya, menggunakan bahasa yang merendahkan dan tidak konstruktif. Manajer tersebut secara rutin memarahi karyawan ini selama rapat tim, membuatnya merasa terhina dan dipermalukan.

Penjelasan: Kritik yang berlebihan dan dilakukan di depan umum dapat merusak harga diri dan kepercayaan diri karyawan. Ini juga menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dan penuh tekanan bagi karyawan yang menjadi target serta rekan-rekan kerjanya yang menyaksikan kejadian tersebut.

2. Pemberian Beban Kerja yang Tidak Wajar

Contoh: Seorang supervisor memberikan beban kerja yang tidak wajar kepada satu karyawan, jauh melebihi kapasitas kerja yang seharusnya. Sementara itu, rekan-rekan kerja lainnya diberikan beban kerja yang lebih ringan. Ketika karyawan tersebut mengeluh tentang beban kerja yang tidak adil, supervisor tersebut mengabaikan keluhan tersebut dan malah mengancam dengan penurunan jabatan atau pemecatan.

Penjelasan: Memberikan beban kerja yang tidak wajar sebagai bentuk tekanan atau hukuman merupakan bentuk power harassment. Ini dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan penurunan produktivitas serta kesehatan mental dan fisik karyawan.

3. Pelecehan Verbal dan Intimidasi

Contoh: Seorang atasan secara rutin menggunakan kata-kata kasar dan menghina ketika berbicara dengan karyawan tertentu. Atasan ini juga sering membuat ancaman tidak langsung mengenai keamanan pekerjaan karyawan tersebut, seperti mengatakan, “Jika kamu tidak bisa menyelesaikan tugas ini dengan benar, mungkin kamu tidak cocok untuk bekerja di sini.”

Penjelasan: Pelecehan verbal dan intimidasi menciptakan lingkungan kerja yang penuh tekanan dan ketidakamanan. Ancaman yang terus-menerus dapat mengganggu kinerja karyawan dan menurunkan semangat kerja.

4. Mengisolasi Karyawan dari Informasi dan Kegiatan

Contoh: Seorang manajer sengaja tidak mengundang seorang karyawan ke rapat penting yang berkaitan dengan pekerjaannya. Karyawan tersebut juga seringkali tidak diberi akses ke informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik, menyebabkan kinerja karyawan tersebut terlihat buruk.

Penjelasan: Mengisolasi karyawan dari informasi penting dan kegiatan merupakan bentuk power harassment yang dapat menghalangi karyawan untuk bekerja secara efektif. Hal ini bisa membuat karyawan merasa tidak dihargai dan terpinggirkan.

5. Menahan Promosi atau Kesempatan Pengembangan

Contoh: Seorang karyawan yang berprestasi tidak pernah dipromosikan atau diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan pengembangan, sementara rekan-rekan kerjanya yang memiliki prestasi yang sama atau lebih rendah sering mendapatkan kesempatan tersebut. Atasan tersebut secara terang-terangan menunjukkan bahwa mereka tidak menyukai karyawan tersebut.

Penjelasan: Menahan promosi atau kesempatan pengembangan sebagai bentuk balas dendam atau favoritisme merupakan power harassment. Ini dapat menghalangi perkembangan karir karyawan dan merusak motivasi serta loyalitas mereka terhadap perusahaan.

::

Power harassment dapat muncul dalam berbagai bentuk dan berdampak serius pada kesehatan mental dan fisik karyawan, serta produktivitas dan budaya organisasi. Penting bagi perusahaan untuk memiliki kebijakan dan prosedur yang jelas untuk mencegah dan menangani power harassment, serta menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mendukung bagi semua karyawan.

Dampak Power Harassment

Dampak dari power harassment dapat sangat merugikan, baik bagi individu yang menjadi korban maupun bagi organisasi secara keseluruhan. Berikut beberapa dampak utama dari power harassment:

  1. Dampak pada Individu:

    • Stres dan Depresi: Korban power harassment sering mengalami tingkat stres yang tinggi, kecemasan, dan depresi.
    • Penurunan Kinerja: Tekanan dan penindasan dapat mengakibatkan penurunan produktivitas dan kualitas kerja.
    • Masalah Kesehatan: Stres berkepanjangan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik seperti gangguan tidur, sakit kepala, dan masalah pencernaan.
    • Kehilangan Kepercayaan Diri: Korban mungkin merasa tidak berdaya dan kehilangan kepercayaan diri serta motivasi untuk bekerja.
  2. Dampak pada Organisasi:

    • Penurunan Moral Karyawan: Lingkungan kerja yang tidak sehat dapat menurunkan semangat dan moral seluruh tim.
    • Tingkat Absensi dan Turnover yang Tinggi: Karyawan yang menjadi korban atau menyaksikan power harassment cenderung lebih sering absen dan memiliki niat untuk meninggalkan perusahaan.
    • Reputasi Buruk: Organisasi yang tidak menangani kasus power harassment dengan baik dapat mengalami kerusakan reputasi yang signifikan.
    • Penurunan Produktivitas: Lingkungan kerja yang bermasalah dapat mengurangi efisiensi dan produktivitas secara keseluruhan.

Strategi Penanganan Power Harassment

Untuk mengatasi dan mencegah power harassment, organisasi dapat mengambil beberapa langkah strategis:

  1. Kebijakan dan Prosedur Jelas: Menetapkan kebijakan anti-harassment yang jelas dan tegas, termasuk prosedur pelaporan dan penyelidikan yang transparan.
  2. Pelatihan dan Kesadaran: Mengadakan pelatihan untuk seluruh karyawan mengenai apa itu power harassment, bagaimana mengenalinya, dan bagaimana melaporkannya.
  3. Dukungan untuk Korban: Menyediakan dukungan psikologis dan konsultasi bagi korban power harassment.
  4. Tindakan Disipliner: Memberlakukan tindakan disipliner yang tegas terhadap pelaku power harassment untuk menunjukkan bahwa perusahaan tidak menoleransi tindakan tersebut.
  5. Promosi Lingkungan Kerja Positif: Membangun budaya kerja yang inklusif, saling menghormati, dan mendukung kolaborasi antarindividu tanpa memandang jabatan atau posisi.

Catatan

Power harassment merupakan bentuk pelecehan di tempat kerja yang dapat berdampak negatif besar pada individu dan organisasi. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang definisi, dampak, dan strategi penanganan power harassment, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif. Upaya proaktif dalam mencegah dan menangani power harassment akan membantu menjaga kesejahteraan karyawan dan memastikan keberlanjutan serta keberhasilan jangka panjang organisasi.

::

Ingin mengadakan Inhouse Training “Power Harassment” di Perusahaan Anda? silakan hubungi HRD Forum di whatsapp 0818715595

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Open chat
Halo,
Ada yang bisa Kami Bantu?